Seringkali kita menghadapi anak yang mengalami kesulitan dalam mempelajari suatu materi belajar. Seringkali hal ini menimbulkan frustasi, baik pada anak maupun orang tua sebagai pendamping. Tidak jarang, sebagai orang tua berprasangka , “Jangan-jangan anakku gak normal nih…”. Ditambah lagi saat ini banyak sekali istilah-istilah “gangguan” yang dapat mempengaruhi prestasi belajar anak, salah satunya adalah Kesukaran Belajar.
Berikut ini adalah beberapa macam pengertian Kesukaran Belajar dari berbagai sumber:
1. Kesukaran belajar adalah sekelompok disorders yang mempengaruhi beberapa kemampuan akademis dan fungsional termasuk kemampuan untuk berbicara, mendengarkan, membaca, menulis, mengeja, reason, dan mengorganisasikan informasi. Kesukaran belajar bukanlah indikator dari rendahnya intelegensi seseorang. Seseorang dengan kesukaran belajar terkadang sulit untuk mencapai tingkat intelektual sesungguhnya karena kelemahan dalam satu atau lebih proses informasi otak (http://en.wikipedia.org/wiki/Learning_disability).
2. Istilah kesukaran belajar diberikan kepada siswa-siswa yang tidak mampu membuat peningkatan yang adekuat dalam menghadapi kurikulum sekolah, utamanya dalam kemampuan dasar seperti bahasa, sastra, dan matematika. Masalah-masalah yang mereka alami bisa terjadi hanya pada salah satu mata pelajaran namun dapat juga terjadi pada seluruh mata pelajaran dalam kurikulum sekolah. Karena berbagai alasan, siswa-siswa tersebut tidak mampu mengikuti pelajaran dengan mudah. (Westwood, Peter, Learning and Learning Difficulties : A Handbook for Teachers, halaman 53)
3. Kesukaran belajar sebagai gangguan pada satu atau lebih proses dasar psikologis termasuk dalam memahami atau menggunakan bahasa tulis dan lisan, yang mana tampak dalam kemampuan menyimak, berpikir, berbicara, membaca, mengeja, dan menyelesaikan hitungan matematis. Adapun yang termasuk dalam kesukaran belajar adalah perseptual dissabilities, kerusakan otak, minimal brain dysfunction, dyslexia, dan aphasia. Masalah-masalah belajar yang berdasar dari visual, hearing, and motoric dissabilities, reterdasi mental, atau environmental, cultural, dan economic disadvantage tidak termasuk dalam kelompok ini. (The regulations for Public Law (P.L.) 101-476, the Individuals with Disabilities Education Act (IDEA), formerly P.L. 94-142, the Education of the Handicapped Act (EHA) dalam http://www.kidsource.com/NICHCY/learning_disabilities.html).
4. Kesukaran belajar merujuk pada beberapa gangguan yang berdampak pada proses akuisisi, organisasi, retensi, memahami penggunaan informasi secara verbal maupun non verbal. Gangguan ini diakibatkan oleh impairment dari satu atau lebih proses yang berhubungan dengan perceiving, thinking, rembering, atau learning ( Official Definition of Learning Dissabilities, adopted by The Learning Dissabilities Association of Canada, dalam http://www.ldac-taac.ca/Defined/defined_new-e.asp).
Dari berbagai pengertian tersebut saya menyimpulkan ada 3 hal yang mencirikan Kesukaran Belajar yaitu :
1. Kesulitan yang berkaitan dengan salah satu atau beberapa proses dalam belajar (mempersepsi, berpikir, mengingat)
2. Adanya minimal brain dysfunction namun tidak berhubungan dengan tinggi rendahnya tingkat intelegensi atau kerusakan fisik alat indera.
3. Paling jelas tampak dalam seting sekolah karena mengakibatkan seseorang dengan kesukaran belajar kesulitan mengikuti materi di sekolah.
Inti dari proses belajar adalah pengolahan informasi pada proses tersebut yang terdiri dari beberapa tahapan. Sesuai kesimpulan pertama yang saya buat, maka kasukaran belajar dapat dikelompokkan berdasarkan tahapan-tahapan dalam pengolahan informasi.
1. Input :
Kesukaran belajar pada kategori ini berkaitan dengan masalah penerimaan informasi melalui alat indera, misalnya persepsi visual dan auditory. Kesukaran dalam persepsi visual dapat menyebabkan masalah dalam mengenali bentuk, posisi, atau ukuran objek yang dilihat. Kesukaran dalam persepsi auditory dapat menyebabkan kesulitan untuk fokus kepada salah satu stimulus suara, misalnya suara guru.
2. Integration
Tahap ini berkaitan dengan masa selama informasi diinterpretasikan, dikategorikan, diurutkan, atau dihubungkan dengan proses belajar di masa sebelumnya. Siswa yang mengalami masalah dalam kategori ini kemungkinan kesulitan dalam bercerita secara runtut, kurang mampu mengingat informasi secara berurutan misalnya urutan hari dalam seminggu, mampu memahami konsep yang baru namun kesulitan untuk mengeneralisasikan dengan konsep lain.
3. Storage
Tahap ini berkaitan dengan memori/ingatan. Kebanyakan masalah dalam kategori ini berkaitan dengan short-term memory yang membuat seseorang mengalami kesulitan dalam mempelajari materi baru tanpa banyak pengulangan. Misalnya kesukaran dalam memori visual mempengaruhi proses belajar dalam mengeja.
4. Output
Informasi yang telah diproses oleh otak akan muncul dalam bentuk respon melalului kata-kata, yaitu output bahasa, aktivitas otot, misalnya gesturing, menulis, atau menggambar. Kesulitan dalam output bahasa mengakibatkan masalah dalam bahasa lisan, misalnya menjawab pertanyaan yang diharapkan dimana seseorang harus menyampaikan kembali informasi yang disimpan, mengorganisasikan bentuk pikirannya dalam bentuk kata-kata. Hal yang serupa juga terjadi bila masalah menyangkut bahasa tulis. Kesulitan dalam kemampuan motorik menyangkut kemampuan motorik kasar dan halus.
Secara spesifik, ada beberapa kesukaran belajar yang sering ditemui, antara lain:
1. Kesukaran membaca
Kesukaran membaca adalah bentuk kesukaran belajar yang paling sering ditemui. Salah satu bentuk kesukaran membaca adalah dislexia. Kesukaran ini mempengaruhi proses membaca, termasuk kesulitan acurate/fluent word recognition, word decoding, reading rate, ekspresi dalam membaca, dan reading comprehension. Indikator yang paling umum adalah bila sesseorang mengalami kseulitan dalam phonem, kemampuan untuk menyatukan bunyi dalam kata-kata atau memecah kata-kata dalam bentuk komponen bunyi, dan kesulitan dalam mencocokkan huruf atau hubungan antara huruf dan bunyi.
2. Kesulitan menulis
Seseorang yang mengalami kesukaran dalam bentuk ini kurang mampu untuk menulis, mengeja, dan mengkategorikan ide-ide serta komposisi. Istilah dysgraphia seringkali digunakan dalam menyebut kesukaran ini, walaupun sebenarnya dysgraphia secara khusus mengarah pada kesukaran dalam tulis tangan.
3. Kesukaran matematika
Kesukaran matematika dapat disebabkan oleh kesulitan dalam mempelajari konsep-konsep matematis,misalnya jumlah, nilai tempat, dan waktu. Kesukaran belajar kategori ini sering disebut dyscalculia
4. Dyspraxia
Dyspraxia mengarah pada berbagai kesulitan kemampuan motorika. Dyspraxia dapat berkaitan dengan kesukaran dalam melakukan satu gerakan sederhana, misalnya menyisir rambut atau melambaikan tangan. Dapat juga berkaitan dengan melakukan beberapa gerakan, misalnya mengenakan pakaian. Hal ini disebabkan seseorang mengalami kesulitan mengenai hubungan spasial misalnya kurang mampu menempatkan salah satu objek dengan tepat berhubungan dengan objek lainnya.
rajin nulis juga non…
tapi, kalo boleh saran, bikin tulisan yang enteng-enteng dong…
gak melulu soal diri sendiri (termasuk pengetahuan dan pengalaman)
misalnya cerita tukang becak deket rumah
atau cerita tetangga sebelah…
anything but yours…
ada cerita…
kakek memecahkan piring kesayangan nenek. nenek ngambek gak mau ngomong sama kakek.
tiap kakek ngajak ngomong, nenek diam saja…
suatu hari, ketika nenek sedang di kamar, kakek masuk.
nenek membuang muka dan tetap diam.
kakek juga tidak menyapa nenek.
kakek membuka pintu lemari dan mengacak-acak pakaian di dalamnya. kakek berlagak seakan kehilangan sesuatu.
selesai mengacak-acak isi lemari, kakek mengacak-acak meja rias nenek. nenek tetap diam.
setengah putus asa, kakek mengacak-acak gantungan baju di balik pintu.
akhirnya nenek tak tahan…pada kakek, nenek berkata:
“kamu cari apa sih?”
kakek tersenyum, dan menyahut:
“ah…akhirnya kutemukan juga apa yang kucari. suara mu,” kata kakek puas.
menulis…bentuk aktualisasi. dengan berbagi kita merasa semakin mengenal diri sendiri.
cerita memang tak membuat kehilangan apa-apa, karena dengan berbagi, satu-satunya yang hilang adalah diri sendiri…
jadi saya yang cerewet ya non huhehehehehe ya udah deh selamat “mengacak-acak isi lemari anda”
kalo nulis memang suka, tapi dulu untuk konsumsi pribadi. sekarang ini baru belajar menulis untuk dibaca rame-rame dan ternyata hal ini butuh keberanian lebih lho 🙂 beberapa tulisan disini memang saya ambil dari tugas-tugas kuliah saya jadi mungkin “kurang enteng”. semoga saya juga lebih berani nulis hal-hal enteng di kanan kiri saya…dan semuanya masih boleh kok mengacak-acak lemari saya… 🙂
secara tidak langsung ini sebagai bukti bahwa setiap individu memang memiliki keunikan yang tidak sama dengan orang lain donk……
gimana cara deteksi dininya????
treatment…..????
anw,makacih infonya…..bwt tambahan pengetahuan psikologi..
thanks ya non, dari tulisan u cukup membantu saYA BUAT nambahin bahan tugas masalah2 belajar yg uda dateline, di up to date trs yaa…
Artikel yang bagus, cukup membantu bagi peranan bimbingan dan konseling sekolah.
oh iya Ibu kenapa dalam artikel ibu tidak di cantumkan cara – cara mengatasi kesulitan tersebut secara specific atau paling g solusi globalnya, jadi tidak hanya monoton teori dan pemaparannya tanpa melihat adanya relevasi yang sebenarnya di lapangan. T. kasih sebelumnya
Halo, salam kenal, terima kasih artikelnya.
Anak saya menderita Dyspraxia. Saya lagi car-cari info soal penderita ini di Indonesia nih, sekedar ingin share aja.
Mungkin ada yang mengetahuinya?
Thanks
Dyspraxia itu ap y???
maaf maksud saya, saya pernah dengar diklesia (klu g salah kesulitan mbaca gt), hubungannya apa ada?gmana ?
ASSALAMUALAIKUM
Saya seneng menyelusuri disleksia karena itu sangat membatu saya yang juga memiliki anak dislesia , stress sih hari hari harus jadi guru private anakku.tapi gimana yach kita sebagai ibu memang harus sabar.siapa tahu anak anak kita akan lebih hebat dari anak lain iy tokh
@ farida
tentang dyspraxia bisa lihat di sini http://fadhilaharif.multiply.com/reviews/item/19
atau bisa juga searching ke wikipedia
thanks 🙂